Rabu, 26 Juni 2013

Meriam Penghancur Milik Sultan Muhammad Al-Fatih

Meriam Penghancur Benteng Konstantinopel


Sejarah Konstantinopel tdk hanya di ceritakan di dalam buku sejarah. Tetapi juga di ceritakan dalam sebuah game online, yaitu Atlantica Online. Dan sekarang saya akan membahas tentang Meriam Penghancur Benteng Konstantinopel. Mari kita simak...!!!

Artileri yang digunakan Tentara Sultan Muhammad al-Fatih (penakluk Konstantinopel – 1453), adalah artileri yang paling canggih dan dahsyat pada masanya.
Mehmed II Cannon
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad al-Fatih (mehmed II 1432-1481M), Kerajaan Utsmani sudah mulai mengembangkan meriam. Teknologi meriam yang dikembangkan pada era kejayaan Utsmani tersebut terbilang paling mutakhir. Pengembangan artileri meriam yang konferehensif Ini terkait karena niat sultan Memed II yang ingin menaklukkan konstantinopel disamping untuk menjaga kedaulatan kesultanan itu sendiri.

Sang Penakluk – begitu Sultan Muhammad II dijuluki – sengaja memesan meriam berukuran raksasa yang belum ada sebelumnya. “Aku dapat membuat meriam tembaga dengan kapasitas seperti yang Anda inginkan,” kata Orban -seorang ahli insinyur yang diundang Al-Fatih ke Adrianopel (ibukota Ottoman), “Aku telah mengamati secara detail tembok di Konstantinopel. Aku tidak hanya akan memorakporandakan tembok itu dengan senjataku. Bahkan, tembok Babilonia pun akan hancur karenanya”.

Meriam tersebut dapat dilepas menjadi 2 bagian, sehingga memudahkan mobilisasinya. meriam mehmed II Bagian yang dapat dilepas


Diciptakan pada 1464 M dan merupakan meriam terhebat di dunia kala itu. Meriam raksasa yang dikenal dengan Meriam Mehmed II itu berbobot mencapai 18 ton. Panjangnya sekitar 5,23 meter dan diameternya mencapai 0,635 meter. Panjang laranya mencapai 3,15 meter dan tempat mesiunya berdiameter 0,248 meter. Meriam ini sanggup melontarkan bola besi padat berdiameter 70 cm dengan berat 680 kg sejauh 1,6 km. meriam mehmed II di museum Fort Nelson Meriam Mehmed II (The Mohammed’s Greats Gun) Pasukan artileri (bagian meriam) yang dimiliki Sultan Muhammad juga diperkuat oleh sederet desainer dan insinyur yang mumpuni di bidang teknologi persenjataan. Beberapa ahli meriam yang termasyhur yang bergabung dalam tim artileri itu antara lain, Saruca Usta dan Muslihiddin Usta. Tak sedikit pula non-Muslim bergabung dalam kelompok artileri. Mereka adalah orang-orang miskin yang tak puas dengan kebijakan Bizantium.

Saat menaklukkan Konstantinopel, — ibu kota Bizantium — pasukan tentara Utsmani mengepung dan menjebol benteng pertahanan musuh dengan meriam tersebut. Senjata meriam raksasa yang diciptakan pada masa kejayaan Daulah Utsmani itu memiliki daya jangkau dan daya ledak yang terbilang luar biasa. Dalam Pertempuran Dardanelles, meriam itu mampu menenggelamkan enam kapal Sir John Ducksworth. Jangkauan Meriam Mehmet II mampu melintasi selat sejauh satu mil.

Pasukan Sultan mengepung Konstanstinopel dengan enam puluh sembilan senjata artileri di lima belas tempat terpisah. Rentetan tembakan meriam Utsmaniyah berlangsung selama 40 hari, dan diperkirakan jumlah tembakan mencapai 19.320 kali. Wajar dengan tembakan sebanyak itu karena kita tahu Konstantinopel sangat “tidak mungkin” untuk ditaklukkan pada waktu itu. Kejatuhan konstantinopel membuktikan keefektifan penggunaan artileri pada perang yang akhirnya mengakhiri kekaisaran Bizantium.

“Mehmed II Cannon”, meriam mehmed II (The Mohammed’s Greats Gun) Meriam raksasa itu kini berada di Fort Nelson Museum. Kabarnya meriam itu dihadiahkan Sultan Abdul Aziz kepada Ratu Victoria sebagai hadiah. Pada saat berkuasa Sultan Abdul Aziz sempat diundang oleh Ratu Victoria. Setahun kemudian, meriam bersejarah itu pun dihibahkan kepada sang ratu.

1 komentar:

  1. Kalo sama meriam Karl Gerat lebih besar mana kaliber nya?

    BalasHapus